RESENSI
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Kota terbit :
Jakarta
Cetakan VII :
November 2015
Tebal Halaman: 400 Halaman
Berat Buku
: 300 gram
Harga Buku : Rp 80.000,00
Ikhtisar Isi Buku
Halaman pembuka dalam novel ini tidak membosankan. Pembaca diajak berpetualang ke dalam hutan dengan suasana yang begitu mencekam. Bab pertama, Si Babi Hutan (halaman 1), dibuka dengan adegan pertarungan sang tokoh utama (Bujang) melawan monster menakutkan, babi hutan raksasa. Ia ikut serta bersama pemburu babi hutan pimpinan Tauke Muda.
Di tengah hutan gelap mereka dihadang sang
raja babi. Semua terdesak. Bujang tampil amat heroik. Mengalahkan sang
monster. Sejak pergulatan itu, Bujang tak lagi memiliki rasa takut.
“Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.” Pembukaan elegan yang diberikan oleh Tere Liye dalam membuka cerita ini.
Kejadian melawan babi hutan menjadi awal kisah hidup baru bagi Bujang yang waktu itu masih 15 tahun. Tauke Muda mengajaknya pergi ke kota. Ia meminta Bapak dan Mamak Bujang mengizinkannya pergi. Bapaknya setuju, mamaknya berat melepaskan. Namun ia tak kuasa menolak. Ini adalah bagian dari perjanjian antara Bapak Bujang dengan Tauke Muda. Lagi pula ia ingin putra semata wayangnya itu maju. Tak hanya berkutat dengan hutan dan ladang di Talang. Sebelum keberangkatan sang anak, mamak menitipkan pesan yang begitu berharga.
“Berjanjilah kau akan menjaga perutmu (dari makanan dan minuman haram dan kotor) itu, Bujang. Agar…. Agar besok luka, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik yang putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang.” (Halaman 24)
Keseruan kisah novel ini terus berlanjut. Kini pembaca dibawa menuju waktu 20 tahun kemudian. Saat Bujang, anak Talang nan malang itu berubah menjadi pribadi yang sangat mantap. Akademis, kokoh, dan bermata tajam. Ia menemui calon presiden terkuat. Memperingatkannya agar tak mengubah apapun. Tak mengusik bagaimanapun bisnis Keluarga Tong yakni bisnis shadow
economy (ekonomi bayangan). Penulis menyampaikan tentang shadow
economy melalui tuturan tokoh utama (Bujang) dengan singkat, jelas, terperinci dan menghentak.
Selepas itu alur kembali berkelindan ke masa lalu. Saat kali pertama Bujang sampai di kota. Bertemu banyak kawan baru yang berbeda suku,ras, budaya, hinggan berbeda kewarganegaraan, dan mereka semua disatukan dalam keluarga Tong tanpa memandang semua perbedaan itu, dan di dalam keluarga Tong mereka diajarkan untuk saling toleransi antar anggota keluarga yang lainnya (Unity
in
Diversity). Dari sinilah pengarang mulai menggambarkan beberapa tokoh, seperti teman- teman Bujang dan guru/ pelatih Bujang selama berada di keluarga Tong.
Novel beralur maju mundur ini terus mengajak pembaca menikmati keseruan cerita. Pertarungan demi pertarungan yang mengesankan. Jua perihal ekspansi Keluarga Tong
yang perlahan merangkak naik level dari penguasa shadow
economy tingkat provinsi menjadi penguasa shadow
economy nasional bahkan internasional. Selalu ada intrik menarik di dalamnya.
Hingga di satu titik. Saat Keluarga Tong
di puncak kejayaan, pengkhianat muncul. Siapakah pengkhianat itu? Berhasilkah ia melumat kekuasaan Keluarga Tong? Lalu apa maksud pulang dalam novel ini?
Kita akan menemukan jawabannya dalam novel keren ini.
Kelebihan Novel Pulang Karya Tere Liye
Pertama : Cover Buku
Dimulai dari desain cover
yang ciamik.
Seolah pembaca diajak untuk mengintip dan masuk ke dalam ceritanya. Sobekan kertas dan matahari yang ada di baliknya seolah ingin segera dikuak. Tak mustahil jika buku ini mempunyai daya tarik tersendiri ketika berada di rak toko buku. Di tambah nama penulis yang memang sudah sangat familiar.
Kedua : Plot dan kejutan yang mengasyikan
Plot yang dihadirkan membuat pembaca penasaran untuk terus membaca kelajutan cerita.
Selain itu alur maju mundur menambah rasa ingin tahu pembaca, baik masa lalu sang tokoh maupun cerita apa yang akan terjadi berikutnya.
Ketiga : Filmis
Kekuatan berikutnya dalam novel ini adalah agedan-adegan yang filmis. Kita seakan-akan diajak menonton pertunjukan, pertarungan hebat,
di depan layar tiga dimensi (3D).
Bahkan lebih dari itu, pembaca seolah diajak berfantasi dengan hebat.
Membaca novel ini kita dibawa dalam ketegangan pertempuran sekaligus (pada beberapa kesempatan) perihal kesenduan kisah hidup.
Keempat : Pesan moral
yang kuat
Amanat untuk tetap optimis melanjutkan hidup dan bangkit dari keterpurukan dan mengajarkan pembaca agar menerima perbedaan orang lain, tidak memandang ras, suku, kewarganegaraan dan lain lain.
Kekurangan Novel Pulang Karya Tere Liye
Pertama : Kesalahan penggunaan huruf capital
“Berjanjilah kau akan menjaga perutmu itu, Bujang.” (Halaman 24). Kata
“kau” huruf K-nya seharusnya kapital karena merupakan kata sapaan. Jadi yang tepat,
“Berjanjilah Kau akan menjaga perutmu itu, Bujang.”
Hal tersebut juga ditemukan di halaman 339,
“Nak. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah.”
Kedua : Kurang membahas penguasa shadow
economy di negeri sendiri
Keluarga Tong,
yang, (dalam cerita ini) merupakan salah satu penguasa shadow
economy di negeri ini lebih banyak bersinggungan dengan penguasa shadow
economy di negara lain, utamanya Hongkong dan Makau. Lalu bagaimana persinggungan dengan penguasa shadow ecomony lainnya di dalam negeri? Memang ada namun kurang tergarap maksimal. Mungkin ini sengaja untuk membatasi cerita agar tak melebar ke mana-mana.
Kesimpulan
Novel ini menegaskan kemampuan sang penulis menulis genre ekonomi berbalut aksi (action). Bahkan novel ini memiliki nilai plus dibanding novel bergenre mirip milik penulis. Nilai plusnya ada pada pengangkatan kearifan lokal (Sumatra), relijiusitas dan nilai kebersamaan dalam menerima perbedaan.
Novel ini direkomedasikan bagi siapa pun
yang ingin memahami makna pulang yang sesungguhnya. Tak sekadar pulang dalam artian kembali ke rumah dan kampung halaman. Namun mengandung makna pulang yang dalam. Pulang menuju hakikat kehidupan. Pulang ke arah kesejatian. Pulang, kembali padaNya. Pulang dengan segenap kerinduan dalam damai.
Demikianlah rensensi novel Pulang karya Tere Liye, semoga bermanfaat. Jika berkenan, dengan sangat kami mohon pembaca berkenan berbagi (share) resensi ini. Agar semakin banyak yang bisa mengambil hikmah. Mohon juga berkenan berkomentar. Terima kasih, jazaakumullahu khoir.
Diresensi oleh : Hasna Karimah
Diresensi oleh : Hasna Karimah
Komentar
Posting Komentar